Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Media Pembelajaran
Pertanyaan : Bagaimana peran media dalam mendukung keefektifan proses pembelajaran siswa di kelas?
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar. Ada banyak jenis media pembelajaran yang digunakan. Banyak pandangan-pandangan yang digunakan oleh para ahli dalam mengelompokkan jenis-jenis media, antara lain :
a. menurut Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak):
1. Media audio
2. Media cetak
3. Media visual diam
4. Media visual gerak
5. Media audio semi gerak
6. Media visual semi gerak
7. Media audio visual diam
8. Media audio visual gerak
b. menurut Anderson (1976) menggolongkan jenis media menjadi 10 media:
1. audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2. cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3. audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4. proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5. proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara
6. visual gerak : film bisu
7. audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8. obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen
9. manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran
10. komputer : CAI
c. menurut Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masa (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
d. menurut Henrich, dkk menggolongkan media menjadi:
1. media yang tidak diproyeksikan
2. media yang diproyeksikan
3. media audio
4. media video
5. media berbasis komputer
6. multi media kit
Dari semua jenis media yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa jenis media terbagi menjadi 3 jenis besar yaitu media visual (diagram, bagan, teks, poster,dll), media audio (radio, tape recorder, lab. Bahasa, dll), Projected still media (slide, over head projektor (OHP), in focus) dan media audio-visual (film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer).
Dari wikipedia disebutkan bahwa multimedia adalah adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu dan koneksi sehingga pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.
William Ditto (2006) menyatakan definisi multimedia dalam ilmu pengetahuan mencakup beberapa aspek yang saling bersinergi, antara teks, grafik, gambar statis, animasi, film dan suara. Pada awalnya multimedia acapkali digunakan hanya untuk hiburan semata. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan berjalannya waktu, multimedia tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan tapi juga sarana pendidikan. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Adapun keuntungan-keuntungan menggunakan multimedia sebagai sarana pendidikan adalah sebagai berikut :
· Sistem pembelajaran menggunakan multimedia lebih interaktif dan inovatif.
· Mampu menimbulkan rasa senang selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga meningkatkan motivasi siswa.
· Mampu menggabungkan teks, gambar, audio, visual yang akan mendukung tercapainya tujan pembelajaran.
· Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak.
· Dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
· Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
· Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan.
· Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
· Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Dengan keunggulan-keunggulan dari penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran tentunya akan meningkatkan keefektifan pembelajaran siswa. Karena dengan menggunakan media yang ada siswa dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang tentunya akan tercapai apabila siswa memiliki motivasi dan rasa ingin tau yang tinggi terhadap bahan ajar yang diberikan dan senantiasa menggunakan media sebagai sarana dalam pembelajaran.
Pada dasarnya keefektifan belajar tidak bergantung pada media apa yang digunakan. Secanggih apapun media yang digunakan dalam proses belajar, tidak akan memberikan hasil yang efektif apabila tidak ada kemauan dan motivasi dari siswa tersebut. Karena media dan teknologi yang ada saat ini hanya untuk membantu para siswa untuk lebih mudah dan efisien dalam belajar, bukan menjadi syarat utama membentuk pembelajaran yang efektif. Tapi yang paling utama adalah motivasi yang ada dalam diri siswa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Multimedia
http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2009/03/16/multimedia-dalam-dunia-pendidikan/
http://www.slideshare.net/rakimypk/multimedia-dalam-pembelajaran-457196
http://www.slideshare.net/rakimypk/multimedia-dalam-pembelajaran-457196
http://edu-articles.com/berbagai-jenis-media-pembelajaran/
Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran
Pertanyaan : Apakah kemajuan teknologi meningkatkan kefektifan proses belajar?
Kegiatan belajar dan mengajar yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan adalah pengajar berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran dan pelajar duduk, mendengarkan dan mencatat. Dan metode ini masih banyak kita jumpai dalam dunia pendidikan kita baik pada jenjang SD, SMP, SLTA maupun Perguruan Tinggi. Guru/Dosen sebagai subyek yang dianggap serba tahu dan pelajar menjadi obyek yang hanya bisa menerima apa yang diterangkan oleh guru karena guru adalah penyedia informasi yang membantu siswa memperoleh kecakapan dan pengetahuan. Dalam konteks proses pembelajaran hal ini menggambarkan sebuah metode pembelajaran yang monoton karena interaksi yang terjadi bersifat satu arah dan peserta didik tidak bisa dieksplorasi kreatifitasnya dengan kata lain proses pengajaran berpusat pada guru.
Seiring dengan perkembangan jaman yang ditandai penemuan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sistem pengajaran tradisional yang berpusat pada guru sudah saatnya diubah ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator –pembimbing siswa- yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kecakapan dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
Penerapan e-learning dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya di Indonesia lebih cocok difungsikan sebagai komplemen dari pembelajaran tatap muka di kelas serta untuk menambah jam tatap muka di kelas. Berbagai keunikan dari e-Learning ternyata tidak hanya dari sudut pandang teknologi saja, namun lebih pada unsur pedagogis. Fakta dan keunikan yang menarik tersebut antara lain :
· Lewat pembelajaran mandiri (self-paced) yang ada dalam e-Learning, memberikan tantangan dan kesempatan kepada para siswa untuk belajar lebih cepat ataupun lambat. Hal ini dikarenakan dalam ruang kelas virtual telah tersedia berbagai sumber belajar dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, dan siswa memiliki kesempatan belajar hal-hal baru diluar sesi yang tengah dijalaninya. Selain itu lewat belajar mandiri, siswa terbebas dari tekanan seperti halnya ketika mereka belajar di kelas, sehingga mereka akan mudah untuk belajar.
· Pembelajaran bersifat self-directed atau diarahkan sendiri, sehingga mereka dapat memilih konten dan perangkat yang sesuai pada minat, kebutuhan dan tingkat keterampilan yang ingin mereka dapatkan. Harapan dari proses seperti ini adalah siswa nantinya akan mampu dan percaya diri untuk mengambil inisiatif mandiri (proactive learner) dalam belajar dalam menentukan kebutuhan belajarnya, memformulasikan tujuan pembelajaran mereka, mengidentifikasi sumber belajar, mampu memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai serta mampu mengevaluasi hasil belajar mereka. (Malcolm Knowles, 1975)
· Mengakomodasi berbagai gaya belajar dan menggunakan berbagai cara penyampaian untuk berbagai tipe pembelajar yaitu tipe Visual lewat penggunakan gambar, grafik/diagram serta visual lain, tipe Aural lewat penggunaan musik dan suara, tipe Verbal lewat penggunaan kata dan pidato, tipe Physical dengan penggunaan badan, tangan dan sentuhan (ketika mereka menggunakan komputer dan alat bantu lain untuk belajar dan mengerjakan tugas), tipe Logical lewat penggunaan logika, alasan dan sistem, tipe Social (Intrapersonal) lewat belajar dalam kelompok dengan siswa lain, dan tipe Solitary lewat belajar mandiri.
· Siswa dapat belajar 24/7 (24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu) – kapan saja, dan dimana saja (asalkan tersedia koneksi Internet). Hal ini merupakan kelebihan e-Learning dimana siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Mereka dapat mengakses bahan ajar yang ada kapan saja, karena telah terupload dalam ruang kelas virtual.
· Mengembangkan kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman lain lewat kerja kelompok serta meningkatkan frekuensi kontak antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Mereka serasa berdekatan dengan dosen dan rekan sejawatnya, karena mampu mengajukan pertanyaan (jika mengalami kesulitan) kepada dosennya kapan saja lewat fasilitas yang tersedia (misalnya Forum Diskusi). Karena tidak bertemu langsung dengan dosen, seringkali mereka justru lebih leluasa dan berani untuk memberikan ide, bertanya dan berpendapat tentang suatu materi dibandingkan ketika mereka berdiskusi dalam kelas tatap muka.
· Meningkatkan keterampilan komputer dan Internet. Lewat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran, maka secara tidak langsung, kemampuan dan keterampilan penggunaan teknologi akan ikut terasah.
Nilai-nilai diatas inilah yang sepantasnya menjadi pertimbangan tersendiri dalam penerapan e-Learning di sekolah ataupun universitas untuk mendukung proses pembelajaran yang ada. Banyak nilai positif yang dapat diadopsi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Dari penjabaran mengenai e-learning yang dirangkum dalam 6 point diatas, dan apabila ke-6 point ini diterapkan maka akan terbentuk pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
·http://guruprofesional.net/blog/2009/11/12/penerapan-e-learning-di-sekolah-tidak-sekedar-
pengembangan-dan-implementasi-teknologi/
· http://ahkensepanjangmasa.blogspot.com/2009/05/cara-belajar-efektif-dengan-it.html
· http://dororodo.wordpress.com/2008/07/11/e-lerning-sebagai-alternatif-cara-belajar/
· http://www.bloggaul.com/yannugrohosaleh/readblog/82784/peran-teknologi-dalam-pendidikan
Ragam Model Pembelajaran
Pertanyaan: Model pembelajaran bagaimanakah yang efektif saat ini?
Jawaban : Pembelajaran adalah proses pencarian ilmu pengetahuan sacara aktif atau proses perumusan ilmu, bukan proses pengungkapan ilmu semata. Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran pada diri peserta didik harus ditanamkan rasa percaya diri dan rasa mampu, bisa meyumbangkan sesuatu, menjadi bagian dari masyarakat dan memiliki hubungan dengan orang dewasa yang saling menyayangi dan memiliki kendali atas masa depannya sendiri.
Menurut Sudjana yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Untuk kali ini, kami akan menjelaskan tentang beberapa model pembelajaran, diantaranya :
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Jadi, lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri pembelajaran langsung :
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran berlangsung lancar
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan pembelajaran berhasil
Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari. Fase ini dilakukan untuk memberi motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.
Setelah itu, dilanjutkan dengan presentasi materi belajar atau demonstrasi mengenai keterampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yasng telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah tugas. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif.
Menurut Stahl (1994) dalam bukunya Ismail (2003), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1. Belajar dengan teman
2. Tatap muka antar teman
3. Mendengarkan antar anggota
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok
5. Belajar dalam kelompok kecil
6. Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat atau gagasan
7. Siswa membuat keputusan, dan
8. Siswa aktif
Sedangkan menurut Johnson (1984) belajar kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1. Saling ketergantungan yang positif
2. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu
3. Heterogen
4. Berbagi kepepimpinan
5. Berbagi tanggungjawab
6. Ditekankan pada tugas dan kebersamaan
7. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan social
8. Guru mengamati, dan
9. Efektivitas tergantung pada kelompok
Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama
2. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3. Jika dalam kelas terdapat siswa- siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.
4). Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.
Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (3–5 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tenatng materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sendiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggung jawab secara bersama, yakni: dengan cara berdiskusi, saling tukar idea atau gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.
Kesimpulan :
Sebenarnya ada banyak ragam model pembelajaran yang dapat menjadi pilihan kita dalam memberikan pembelajaran di kelas pada peserta didik, yang penting tujuan akhir dari ragam pembelajaran tersebut dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/ragam-model-pembelajaran.html
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragam-metode-pembelajaran/
http://sweetyhome.files.wordpress.com/2009/08/berkas-cooperative-learning2.pdf
http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-metode-mengajar/
Rezki Wulandari (09-006)
Deasy Anggreini P. (09-008)
Yurisqa Shadila (09-012)
Shofia Mawaddah (09-040)
TESTIMONI :
seru juga belajar dengan metode E-learning. walupun tadi sempat bingung, namun semua bisa dikerjakan. tapi tidak bisa menyelesaikannya tepat 3 sks.
0 komentar:
Posting Komentar